Saturday 6 April 2019

akuntansi_akuntan

Peran Kewajiban Dalam Akuntansi


Kewajiban/Utang adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hokum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau perturan perundangan. Pembelanjaan perusahaan pada hakekatnya dapat berasal dari dua sumber yaitu pemilik, dan kreditur. 
Kewajiban adalah sumber pembelanjaan yang berasal dari kreditur. Kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu:

  1. Kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek adalah kewajiban-kewajiban yang penyelesaiannya harus dilakukan dengan menggunakan aktiva lancar atau pembentukan kewajiban lancar yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu satu tahun. Kewajiban ini biasanya terdapat dalam perusahaan seperti Utang dagang, Utang Wesel, Utang Bank, Utang Pajak Penghasilan.
  2. Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban-kewajiban yanh jatuh temponya lebih dari satu tahun. Kewajiban ini biasanya terdapat dalam perusahaan seperti Utang Hipotik Utang Obligasi, Utang Bank yang jangka waktunya lebih dari satu tahun,dll.
Dari sudut nilai, ada dua macam kewajiaban, yakni jumlahnya pasti dan jumlahnya merupakan taksiran. Disamping itu, kewajiban dapat digolongkan menjadi: yang status kewajibannya telah pasti dan kepastian timbulnya kewajiban masih tergantung pada kejadian di masa datang.
Kewajiban yang kemungkinan timbulnya masih tergantung pada kejadian dimasa mendatang dapat juga dibedakan menjadi: jumlahnya telah pasti dan harus ditaksir.
Kewajiban menunjukkan jumlah uang atau aktiva lain yang harus dikeluarkan atau aktiva lain yang harus dikeluarkan atau nilai jasa yang harus diberikan di masa datang. Secara teoritis nilai uang yang dikeluarkan di masa datang akan lebih kecil kalau dinyatakan pada waktu sekarang  (pada tanggal neraca). Ada beberapa sebab hal ini terjadi.:

  1. Pertama, jumlah yang diterima di masa datang mengandung resiko kemungkinan tidak diterima, oleh karena risiko ini, orang bersedia menerima jumlah yang lebih kecil sekarang , daripada menerima jumlah yang lebih besar di masa datang.
  2. Kedua, apabila uang diterima sekarang, maka terdapat kemungkinan untuk memutarkannya sehingga akan mendatangkan hasil. Kemungkinan hasil yang diperoleh ini menyebabkan jumlah di masa datang lebih kecil nilainya kalau diukur pada saat sekarang.
Kewajiban biasanya juga disebut sebagai liabilitas. Akun ini bersaldo normal di kredit
(artinya ketika bertambahakun ini di kredit dan ketika berkurang akun ini di debet).

Sumber: Soemarso. Akuntansi Suatu Pengantar (Buku 2). Salemba Empat. Jakarta
Read More
akuntansi_akuntan

DASAR-DASAR PROSEDUR PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN



Secara garis besar, prosedur audit laporan keuangan dapat di bagi menjadi dua tahap yaitu:
1.    Tahap yang pertama adalah penyusunan program audit untuk pengujian pengendalian.
2.    Tahap yang kedua adalah penyusunan program audit untuk pengujian substansif.
Pendekatan pengujian terutama substansif ataupun pendekatan resiko pengendalian rendah, auditor tetap melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substansif. Pendekatan audit tidak didasarkan pada pendekatan pos atau rekening, tetapi dikembangkan menjadi pendekatan siklus. Siklus ini mengorganisasikan kegiatan-kegiatan perusahaan. Kegiatan-kegiatan perusahaan tersebut dipilah menjadi beberapa siklus. Siklus-siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Baca Juga :7 HAL DALAM KONSEP AUDIT


1.    Siklus Pendapatan
Siklus pendapatan berisi aktivitas-aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa anatara perusahaan dengan para pelanggan dan proses pengumpulan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Kelas transaksi dalam siklus ini antara lain: penjualan kredit, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan.

2.    Siklus Pengeluaran
Siklus pengeluaran berisi aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan berbagai keputusan dan proses untuk memperoleh aktiva tetap, barang dan jasa yang diperlukan dalam proses operasional perusahaan dan pembayaran yang dilakukan perusahaan atas aktiva tetap, barang dan jasa yang diperoleh. Kelas transaksi dalam siklus ini antara lain: pembelian dan pengeluaran kas.

3.    Siklus Personalia
Siklus personalia melibatkan berbagai transaksi yang terkait dengan aktivitas-aktivitas karyawan dan pembayarannya. Kelas transkasi dalam siklus ini adalah transaksi penggajian.

4.    Siklus Produksi
Siklus produksi berkaitan dengan konversi bahan baku menjadi barang jadi. Transaksi dalam siklus ini meliputi perencanaan dan pengendalian produksi dan besarnya tingkat persediaan. Kelas transaksi dalam siklus ini adalah transaksi-transaksi manufaktur (produksi).

5.    Siklus Investasi dan Pendanaan
Siklus investasi berkaian dengan aktivitas-aktivitas kepemilikan surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan lain. Sedangkan siklus pendanaan berkaitan dengan aktivitas-aktivitas penghimpunan dana yang berasal dari pihak lain, baik sebagai setoran modal maupun utang jangka panjang, pembayaran kembali utang jangka panjang, pembayaran bunga, dan pembayaran deviden.

6.    Siklus Kas
Siklus kas merupakan akumulasi dari siklus pendapatan, siklus pengeluaran, siklus personalia, siklus produksi, siklus investasi dan pendanaan. Seluruh transaksi dalam kelima siklus diatas memiliki kaitan dengan kas, baik langsung maupun tidak langsung. Hubungannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Dalam melakukan prosedur audit atas laporan keuangan, auditor perlu melalukan perancangan. Perancangannya sebagai berikut:


PERANCANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN

Menyusun program audit untuk pengujian pengendalian dalam berbagai kondisi dari objek yang diaudit. Untuk mencapai tujuan tersebut auditor perluu memahami system informasi akuntansi dari klien yang akan diaudit. Pemahaman terhadap system informasi akuntansi mutlak diperlukan karena pada dasarnya audit merupakan pengujian sistematis terhadap system informasi akuntansi klien.
Adapun tahap-tahap dalam Perancangan Program Audit Untuk Pengujian Pengendalian dapat dirinci seperti gambar dibawah ini:

PERANCANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN SUBSTANTIF

Pengujian susbtantif merupakan tahap audit yang memberikan bukti kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen. Perancangan program substantif ditentukan oleh tujuan audit yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaan program pengujian susbtantif ini auditor melaksanakan berbagai macam prosedur untuk menentukan apakah saldo akun yang disajikan di dalam neraca sudah menunjukkan jumlah yang sesungguhnya.

Baca Juga : 5 Tujuan Audit Umum

Dalam tahap pengujian substantif auditor melakukan verifikasi atas dipenuhinya kelima asersi manajemen (keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, penilaian lokasi, hak dan kewajiban serta penyajian dan pengungkapan. Secara sistematis, konsep ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:



Program audit untuk pengujian substantif terbagi dalam 5 tahap yaitu:

Prosedur Audit Awal (Initial Procedure)
Prosedur audit awal dilakukan oleh auditor dengan melakukan rekonsiliasi antara saldo akun dengan bukti-bukti yang melampiri pencatatannya. Auditor harus yakin bahwa saldo akun yang tercatat telah didukung dengan bukti yang memadai. Prosedur Audit Awal melibatkan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.    Mengusut saldo awal dari saldo akun ke kertas kerja tahun sebelumnya.
2.    Menelaah kegiatan yang tercatat dalam buku besar dan menentukan apakah ada aktivitas yang bersifat luar biasa. 
3.    Verifikasi perhitungan sistematis.
4.    Menguji kesesuaian antara catatan dalam saldo akun dengan catatan yang ada dalam buku pembantu.

Prosedur Analitis
Prosedur analitis berisi studi dan perbandingan antara data-data yang memiliki keterkaitan. Prosedurnya meliputi:
1.    Penghitungan rasio
2.    Analisis vertical
3.    Perbandingan antara jumlah yang actual dengan data-data historis atau anggaran, penggunaan model matematika dan statistik.

Baca Juga : Judul Jurnal Akuntansi dan Manajemen


Pengujian Detail Transaksi 
Auditor melakukan pengujian terhadap proses pendebitan dan pengkreditan dalam setiap akun. Aktivitas pendebitan dan pengkreditan tersebut diakibatkan adanya transaksi. Auditor berusaha untuk memperoleh keyakinan dalam ketepatan proses tersebut. Pengujian detail transaksi dilakukan dengan :
1.    Mengusut jumlah saldo akun ke bukti-bukti pendukungnya.
2.    Melakukan verifikasi pisah batas (cut-off) untuk menentukan ketepatan waktu pengakuan suatu transaksi.

Pengujian Detail Saldo
Pengujian detail saldo dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan kepada bukti-bukti pendukung, pengusutan, pegamatan, dan inspeksi.

Penyajian dan Pengungkapan
Auditor membuat perbandingan antara penyajian yang dibuat oleh pihak manajemen dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Oleh karena itu, seorang auditor yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan perlu memahami dengan baik prinsip akuntansi yang berlaku. Prinsip akuntansi yang berlaku digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai apakah laporan keuangan sudah disajikan dengan wajar.
Read More

Thursday 4 April 2019

akuntansi_akuntan

PENGERTIAN, KEGUNAAN DAN KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


Saat ini hampir semua perusahaan besar membuat laporan keuangan konsolidasian. Walaupun orang sering mengira bahwa perusahaan-perusahaan raksasa dunia merupakan perusahaan tunggal, pengamatan lebih dekat mengungkapkan bahwa setiap perusahaan sebenarnya terdiri dari sejumlah perusahaan-perusahaan yang terpisah. Sebagai contoh, PT Indofood Sukses Internasional dan PT HM Sampoerna masing-masing memiliki belasan perusahaan lain,. PT Media Nusantara juga memiliki banyak anak perusahaan termasuk sejumlah perusahaan-perusahaan berikut: jaringan televisi (RCTI, MNC, Global TV), jaringan radio (Trijaya, ARG Global, Women Radio) dan surat kabar (Koran Seputar Indonesia – Sindo). Begitu pula dengan PT Astra Internasional yang memiliki banyak anak perusahaan, seperti PT Astra Graphia, PT Astra Agro Lestari, PT Astra Autoparts, dan PT United Tractors. PT Indofood Sukses Internasional, PT HM Sampoerna, PT Media Nusantara, dan PT Astra Internasional masing-masing menyajikan laporan keuangan konsolidasian, sebagaimana hamper semua perusahaan yang dimiliki public.

PENGERTIAN

Laporan Keuangan Konsolidasian adalah laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi untuk induk perusahaan dari satu atau lebih anak perusahaan yang di kendalikan seakan-akan entitas-entitas invidual tersebut adalah satu entitas atau perusahaan. Konsolidasi diharuskan jika suatu perusahaan memiliki mayoritas saham yang beredar di perusahaan lain. Berdasarkan PSAK 65 (revisi 2013), induk perusahaan harus memperisiapkan laporan keuangan konsolidasian.

Baca Juga : Contoh Soal Akuntansi

Dua perusahaan dianggap perusahaan berelasi atau afiliasi, ketika suatu perusahaan mengendalikan perusahaan lain atau kedua perusahaan berada dibawa pengedalian yang sama perusahaan lain. Pinsip akuntansi yang diterapkan dalam pembuatan laporan keuangan konsolidasian sama dengan prinsip akuntansi yang diterapkan untuk membuat laporan keungan perusahaan itu sendiri.
Dari setiap kombinasi bisnis menghasilkan satu atau dua situasi berikut:
1.    Aset bersih dari satu atau kedua perusahaan yang bergabung di transfer ke satu perusahaan (merger atau konsolidasi).
2.    Tiap perusahaan yang bergabung tetap sebagai entitas legal tersendiri (akuisisi saham).

KEGUNAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

Laporan keuangan konsolidasian terutama ditunjukkan untuk kepentingan pihak-pihak yang memiliki kepentingan jangka panjang dengan induk perusahaan seperti pemegang saham, kreditur, dan penyedia dana lain ke induk perusahaan. Laporan keuangan konsolidasian sering kali merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari total sumber daya perusahaan hasil kombinasi bisnis yang berada dibawah kendali induk perusahaan dan hasil pengelolaan sumber daya tersebut.
1.    Pemegang saham dan calon pemegang saham dari induk perusahaan umumnya mempunyai kepentingan paling besar atas laporan keuangan konsolidasian . Ketka anak perusahaan menghasilkan laba, laba tersebut akan diakui oleh induk perusahaan dan sebaliknya induk perusahaan tidak dapat menghindari kerugian dari anak perusahaan yang tidak menhasilkan keuntungan. Dengan melihat laporan konsoliasian pemegang saham atau calon pemegang saham lebih mampu untuk menentukan efisiensi dari manajemen dalam memanfaatkan sumber daya yang berada dalam kendalinya.
2.    Kreditur jangka panjang dari induk perusahaan juga memperhatikan kegunaan laporan keuangan konsolidasian karena pengaruh operasioanl anak perusahaan terhadap kesehatan keseluruhan perusahaann dan masa depan induk perusahaan, relevan untuk pengambilan keputusan kreditur. Walapun induk perusahaan dan anak perusahaan adalah perusahaan tersendiri, tapi untuk kreditur induk perusahaan mempunyai klaim tidak langsung atas asset-aset anak perusahaan.

Baca Juga : Apa Itu Dividen?

3.    Manajemen induk perusahaan mempunyai kepentingan yang berkelanjutan untuk informasi terkini baik mengenai operasi gabungan dari entitas konsolidasi dan juga mengenai perusahaan-perusahaan individual yang membentuk entitas konsolidasi. Sebagai contoh, anak perusahaan individual dapat mempunyai volatilitas tinggi dalam operasinya, setelag dan laporan posisi keuangan digabung, manajer baru dapat menyadari pengaruh keseluruhan dari aktivitas-aktivitas pada periode tersebut.

KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

Walaupun laporan keuangan konsolidasian berguna, tetap harus diingat bahwa laporan keuangan konsolidasian mempunyai keterbatasan. Beberapa informasi yang akan hilang dari setiap kumpulan data digabungkan, pada situasi tertentu hal ini benar jika informasi tersebut melibatkan penggabungan antar perusahaan yang memiliki karakteristik operasi yang berbeda. Berikut keterbatasan yang terpenting dalam laporan keuangan konsolidasian adalah sebagai berikut :
1.    Karena hasil operasi dan posisi keuangan dari masing masing perusahaan yang dimasukkan ke dalam laporan konsolidasi tidak diungkapkan, kinerja atau posisi buruk dari satu atau lebih perusahaan dapat disembunyikan oleh kinerja yang baik dari perusahaan lainnya.
2.    Tidak semua saldo laba konsolidasi tersedia untuk dividen induk perusahaan karena sebagian dapat mencerminkan bagian induk perusahaan atas laba anak perushaan yang belum dibagikan. Begitu pula karena laporan keuangan konsolidasian termasuk asset anak perusahaan, tidak semua asset yang ditampilkan tersedia untuk pembagian dividen induk perusahaan.
3.    Karena rasio-rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasian dihitung berdasarkan informasi gabungan,rasio-rasio tersebut tidak mewakili perusahaan mana pun yang dikonsolidasi, termasuk induk perusahaan.
4.    Akun-akun yang sama dari perusahaan-perusahaan berbeda yang digabungkan dalam konsolidasi, bisa jadi tidak seluruhnya dapat diperbandingkan. Sebagai contoh, panjang siklus operasi dari perusahaan-perusahaan yang berbeda dapat bervariasi, menyebabkan piutang dari panjang periode yang sama disklasifikasikan berbeda.
5.    Informasi tambahan tentang masing-masing perusahaan atau kelompok perusahaan yang termasuk dalam konsolidasi sering diperlukan untuk penyajian wajar, tetapi tambahan pengungkapan tersebut dapat menyebabkan catatan atas laporan keuangan menjadi sangat banyak.
Read More
akuntansi_akuntan

MENGENAL PIUTANG DAGANG DAN BAGAIMANA CARA MENCATAT SERTA MENGHITUNGNYA

Pengertian Piutang

Piutang Dagang adalah kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelongaran yang diberikan biasanya, dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut penjualan kredit. Seperti syarat jual beli, misalnya 2/10, n/30.

2/10 artinya akan mendapatkan potongan penjualan ketika pembeli membayar kurang atau sama dengan 10 hari.

n/30 artinya pembeli harus melunasi utangnya dalam jangka waktu 30 hari.

Penilaian dan Pelaporan

Untuk tujuan pelaporan, piutang dinilai sebesar jumlah yang diharapkan dapat diterima. Jumlah ini belum tentu sama dengan jumlah yang secara formal tercantum dalam piutang (mungkin saja piutang tersebut nanti tidak bisa dibayar oleh pelanggan). Dan jika piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih akan dicatat sebagai beban. Dengan dasar penilaian ini, piutang dilaporkan sebesar uang yang diharapkan akan diterima dari piutang yang bersangkutan.

Baca Juga : Cara Menghitung Penyusutan Aktiva Tetap

Walaupun telah dinilai sebesar jumlah bersihnya (setelah dikurangi penyisihan piutang tak tertagih) namun biasanya jumlah kedua tersebut tetap disajikan. Contoh penyajian piutang yang tampak dalam neraca:





Akun piutang tak tertagih merupakan akun kontra (contra account). Walaupun saldo normal akun ini adalah kredit tetapi disajikan sebagai pengurang atas akun aktiva yang bersangkutan. Di neraca piutang dagang disajikan secara terpisah dengan piutang lain-lain. Akan tetapi apabila ada pos piutang lain-lain yang secara individu jumlahnya cukup besar, maka pos tersebut disajikan tersendiri. Piutang dagang pada umumnya digolongkan dalam kategori aktiva lancar.

Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Terdapat dua cara untuk menaksir jumlah penyisihan untuk piutang tak tertagih yaitu:

Berdasarkan saldo piutang dan berdasarkan saldo penjualan.

1.    Penyisihan atas Dasar Saldo Piutang

Penyisihan piutang tak tertagih yang didasarkan atas  saldo piutang dapat dilakukan dengan jalan menetapkan suatu presentase terhadap saldo piutang. Biasanya saldo yang dipakai adalah rata-rata antara saldo piutang awal dan akhir periode.

Contohnya Saldo piutang pada tanggal 1 Januari 2017 adalah Rp 8.750 dan saldo piutang pada tanggal 31 Desember 2017 adalah Rp 12.250. dan penyisihan piutang tak tertagih sebesar 3% dari saldo rata-rata piutang. Penyisihan piutang tak tertagih pada tanggal 31 Desember 2017 adalah…



Jumlah penyisihan sebesar Rp 315 ini harus muncul di neraca sebagai saldo pos penyisihan piutang tak tertagih. Jumlah inilah yang dikurangkan kea kun piutang dagang untuk memperoleh nilai piutang yang diharapkan dapat diterima. Untuk menentukan jumlah yang dicatat sebagai beban, perlu diperhatikan saldo awal pos penyisihan piutang tak tertagih. Apabila sebelumnya akun penyisihan bersaldo kredit sebesar Rp 145, maka beban piutang tak tertagih selama tahun 2017 adalah Rp 315 – Rp 145 = Rp 170. Seperti yang terlihat dibawah ini:




Ayat Jurnal penyesuaian yang perlu dibuat tampak sebagai berikut:

(D)       Beban piutang tak tertagih                         Rp 170

(K)                   Penyisihan piutang tak tertagih                                         Rp 170

Setelah adanya ayat jurnal penyesuaian tersebut diatas akun penyisihan piutang tak tertagih akan bersaldo Rp 315, jumlah yang memang dikehendaki pada akhir tahun. Akun beban piutang tak tertagih akan bersaldo Rp 170.

Baca Juga : Contoh Soal Laporan Keuangan dan Jurnal Penutup

Sebaliknya apabila sebelum ayat jurnal penyesuaian, akun penyisihan piutang tak tertagih bersaldo debit sebesar Rp 57 maka beban piutang tak tertagih adalah Rp 315 + Rp 57 = Rp 372.

Ayat jurnal penyesuaian yang harus dibuat adalah sebagai berikut:

(D)       Beban piutang tak tertagih                         Rp 372

(K)                   Penyisihan piutang tak tertagih                                         Rp 372

Setelah adanya ayat jurnal penyesuaian diatas akun penyisihan piutang tak tertagih akan bersaldo Rp 372.

Di samping berdasarkan rata-rata saldo piutang pada awal dan akhir periode, penyisihan piutang tak tertagih juga dapat dihitung atas dasar presentase tertentu, terhadp golongan umur piutang pada akhir periode.

1.    Penyisihan Atas Dasar Saldo Penjualan

Perhitungan penyisihan piutang tak tertagih dengan cara ini dilakukan dengan menetapkan suatu presentase tertentu terhadap penjualan. Sedapat mungkin angka penjualan yang dipakai adalah penjualan kredit. Akan tetapi, apabila untuk memperoleh angka tersebut diperlukan terlalu banyak waktu dan biaya maka presentase dapat juga didasarkan atas total penjualan. Kalau perbandingan antara penjualan tunai dan penjualan kredit tidak banyak mengalami perubahan, hasil yang diperoleh akan cukup memuaskan.

Contohnya, penjualan kredit bersih selama tahun 2017 berjumlah Rp 170.400 dan manajemen perusahaan menetapkan bahwa penyisihan dihitung sebesar ¼% dari penjualan. Piutang tak tertagih selama tahun 2017 dihitung sebagai berikut: ¼% X Rp 170.400 = Rp 426. Dalam metode presentase penjualan, jumlah ini merupakan beban piutang tak tertagih yang harus dicatat dalam kegiatan tahun berjalan. Ayat jurnal penyesuaiannya sebagai berikut:

(D)       Beban piutang tak tertagih                         Rp 426

(K)                   Penyisihan piutang tak tertagih                                         Rp 426

Dalam metode presentase penjulan, beban piutang tak tertagih tidak dipengaruhi oleh saldo akun penyisihan sebelum adanya ayat jurnal penyesuaian. Dalam metode presentase saldo piutang, jumlah beban piutang tak tertagih ditentukan olehnya.

Apabila setelah beberapa waktu terlihat bahwa saldo penyisihan piutang tak tertagih menjadi terlampau besar, oleh karena jumlah yang betul-betul dihapuskan lebih kecil, maka presentase yang diterapkan mungkin perlu direvisi.
Read More

Wednesday 3 April 2019

akuntansi_akuntan

3 STANDAR AUDITING (10 PENJELASAN)




Kalimat pertama dalam pragraf lingkup berbunyi sebagai berikut : “kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia”. Dalam kalimat ini auditor menyatakan bahwa audit yang dilakukan atas laporan keuangan bukan sembarang audit, melainkan audit yang dilakasnakan berdasarkan standar yang ditetapkan oleh badan penyusun standar. Di Indonesia, badan yang berwenang menyusun standar auditing adalah Dewan Standar Profesional Akuntan Publik, Komponen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia. Tidak setiap orang yang dapat melakukan audit terhadap laporan keuangan yang dapat menyatakan auditnya dilakukan berdasarkan standar auiditing. Standar auditing mengatur syarat-syarat diri auditor, pekerja lapangan, dan penyusun laporan audit. 

Baca Juga : 5 Tujuan Audit Umum


Standar auditing terdiri dari sepuluh standar dan semua Pernyataan Standar Auditig (PSA) yang berlaku. Sepuluh standar auditing ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu standar umum, standar pekerja dan standar peaporan. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 01 (SA Seksi 150) Standar auditing disajikan sebagai berikut:

Standar Umum:

1.    Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

2.    Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, indepedensi, dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3.    Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan keuangannnya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Standar Pekerja Lapangan

1.    Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus di supervisi dengan semestinya.

2.    Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3.    Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan yang di audit.

Standar Pelaporan

1.    Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2.    Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan dalam laporan keuangan periode berjalan dibandingan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3.    Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4.    Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi  bahwa pernyataan demikian tidak diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan , maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor yang dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk-petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanan jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Berdasarkan standar auditing diatas, jika disimpulkan maka akan terlihat seperti penjelasan dibawah ini:

1.    Standar Umum yang mengatur syarat-syarat diri dari auditor.

2.    Standar Pekerja Lapangan mengatur mutu pelaksanaan auditing.

3.    Standar Pelaporan memberikan panduan bagi auditor yang mengkomunikasikan hasil auditnya melalui laporan audit kepada pemakai informasi keuangan.

Melihat secara sepintas ini standar auditing tersebut diatas, menjadi jelas bahwa tidak setiap orang yang dapat melakukan audit terhadap laporan keuangan dapat memberikan pernyataan bahwa auditnya dilaksanakan berdasarkan standar auditing tersebut. Di samping itu, tidak setiap auditor yang melakukan audit terhadap laporan keuangan klienya dapat memeberikan pernyataan bahwa auditnya dilaksanakan berdasarkan standar auditing. Ada kemungkinan salah satu atau beberapa standar tersebut diatas (standar umum ketiga atau kedua atau ke satu misalnya) tidak dapat dipenuhi.  

Di era milineal ini setiap perusahaan memiliki auditor apakah itu yang punya perusahaan atau mempekerjakan karyawan yang menjadi auditor. 
Read More

Monday 1 April 2019

akuntansi_akuntan

5 TUJUAN AUDIT UMUM

Sebagai dasar untuk menyatukan pendapat atas laporan keuangan auditan, auditor mengumpulkan bukti audit. Meskipun catatan akuntansi menyediakan bukti audit yang cukup untuk mendukung pendapat auditor, namun catatan tersebut bukan merupakan satu-satunya bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor. Auditor juga merupakan satu-satunya bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor. Auditor juga mengumpulkan bukti audit dengan melakukan pengamatan langsung terhadap perhitungan fisik sediaan, mengajukan permintaan keterangan, dan mendapatkan bukti dari berbagai sumber dari klien.

Oleh karena itu berdasarkan dari tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.

Berikut 5 Tujuan Audit Umum Berdasarkan Asersi Manajemen Yaitu :

1. Asersi Keberadaan Atau Keterjadian


Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva atau utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual pada tanggal neraca. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiaban perusahaan kepada pemasok ada tanggal neraca tersebut.

2. Asersi Kelengkapan

Asersi ini berhubungan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan.

3. Asersi Hak dan Kewajiban

Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (lease) yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai pemerolehan hak perusahaan atas kekayaan yang disewa gunakan usaha (leased) dan utang sewa guna usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban perusahaan pada tanggal tersebut.

4. Asersi Penilaian atau Alokasi



Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan kos pemerolehannya dan kos pemerolehannya tersebut secara sistematik dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan pada tanggal neraca tersebut.

5. Asersi Penyajian dan Pengungkapan

Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu dalam laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Contohnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban yang di klasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba-rugi diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya.
Read More
san

5 MANFAAT HARGA POKOK PESANAN

Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk:

1. Menentukan Harga Jual yang Akan Dibebankan Kepada Pemesan


Harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan terntu. Formula untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan adalah sebagai berikut:


Manajemen perusahaan konstruksi merupakan contoh pihak yang memanfaatkan informasi biaya yang dihasilkan dengan metode harga pokok pesanan. Dalam perusahaan tersebut, biaya dihitung menurut proyek, dan digunakan untuk mengajukan penawaran harga yang akan dibebankan kepada pemilik proyek dalam proses pelelangan proyek (tender). Jika pelanggan proyek dimenangkan oleh perusahaan konstruksi tersebut, maka metode harga pokok pesanan digunakan untuk mengumpulkan biaya proyek yang sesungguhnya dikeluarkan untuk pengendalian biaya proyek.

Dari formula tersebut terlihat bahwa informasi taksiran biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan yang diinginkan oleh pemesan dipakai sebagai salah satu dasar untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.

Untuk menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam memproduksi pesanan tertentu perlu dihitung unsur-unsur biaya berikut:



2. Mempertimbangkan Penerimaan atau Penolakan Pesanan


Informasi total harga pokok pesanan memberikan dasar perlindungan bagi manajemen agar di dalam menerima pesanan perusahaan tidak mengalami kerugian. Tanpa memiliki informasi total harga pokok pesanan, manajemen tidak memiliki jaminan apakah harga yang diminta oleh pemesan dapat mendatangkan laba bagi perusahaan. Total harga pokok pesanan dihitung dengan unsur biaya sebagai berikut:



3. Memantau Realisasi Biaya Produksi


Informasi taksiran biaya produksi pesanan tertentu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu dasar untuk menetapkan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. Pengumpulan biaya produksi per pesanan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dilakukan dengan formula berikut ini:


4. Menghitung Laba atau Rugi Bruto Tiap Pesanan


Untuk mengetahui apakah pesanan tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu. Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya nonproduksi dan menghasilakan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk tiap pesanan guna menghasilkan informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan. Laba atau bruto tiap pesanan dihitung sebagai berikut:



5. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses yang Disajikan Dalam Neraca


Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawabkan keuangan periodic, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap pesanan. Berdasarkan catatan biaya produksi tiap pesanan tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang telah selesai di prodkusi, namun pada tanggal neraca belum diserahkan kepda pemesan.
Read More

Followers