Semua jenis aktiva tetap, kecuali tanah akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnuya kemampuan ini adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi. Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aktiva tetap yang bersangkutan. Hal ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud disebut penyusutan (depreciation). Penyusutan dapat dihitung tiap-tiap bulan atau ditunda sampai dengan akhir tahun. Apabila dibuat laporan keuangan interim secara bulanan, penyusutan yang dilakukan bulanan akan lebih dapat mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan dalam bulan yang bersangkutan.
Ayat
jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat penyusutan adalah debit beban
penyusutan dan kredit akumulasi penyusutan. Beban penyusutan merupakan akun
sementara yang pada akhir tahun akan ditutup ke akun laba di tahan bersama-sama
dengan akun-akun sementara yang lain. Akun akumulasi penyusutan merupakan
aktiva tetap dan merupakan akun kontra terhadap aktiva tetap yang bersangkutan.
Selisih antara harga perolehan dengan akumulasi penyusutan merupakan bagian
dari harga perolehan yang belum disusutkan. Selisih ini disebut nilai buku (book value) aktiva tetap.
Ada dua faktor yang mempengaruhi
besarnya penyusutan. Dua faktor itu adalah nilai aktiva tetap yang digunakan dalam
perhitungan penyusutan (dasar penyusutan) dan taksiran manfaat. Dasar
penyusutannya dapat berupa harga perolehan atau nilai buku. Nilai maksimum
aktiva tetap yang dapat disusutkan adalah harga perolehannya. Tetapi ada
kalanya, dianggap bahwa setelah habis pakai, aktiva tetap yang bersangkutan
masih mempunyai nilai, yang disebut nilai sisa (residual, scrap atau salvage value). Nilai sisa adalah taksiran
harga pasar aktiva tetap pada akhir masa manfaat. Dalam hal demikian, nilai
yang dapat disusutkan adalah harga perolehan dikurangi nilai sisa.
Taksiran manfaat mencerminkan
besarnya kapasitas/manfaat aktiva tetap selama dapat dipakai. Taksiran ini
dapat dinyatakan dalam lamanya jangak waktu pemakaian (umur berguna atau masa
manfaat = useful lives) atau kapasitas
produksi yang dapat dihasilkan. Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat
dinyatakan dalam tarif penyusutan. Dengan uraian, pada dasarnya penyusutan
aktiva tetap untuk satu tahun dapat dihitung dengan rumus:
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan
x Dasar Penyusutan
Ada
beberapa cara untuk menghitung penyusutan yaitu :
1. Metode
Garis Lurus
Dalam metode ini, beban penyusutan dialokasikan berdasarkan
berlalunya waktu, dalam jumlah yang sama sepanjang masa manfaat aktiva tetap.
Beban penyusutan dihitung dengan rumus:
Beban
Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar
Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai
Sisa
Tarif penyusutan ini dapat dengan mudah dihitung sebagai
100% dibagi dengan taksiran masa manfaat. Misalnya, apabila taksiran masa manfaat
adalah 5 tahun, maka tariff penyusutannya adalah:
100% = 20%
5
Sebagai contoh anggaplah bahwa pada tanggal 2
Januari 2017 dibeli sebuah kendaraan dengan harga Rp 12.500 (sudah termasuk bea
balik nama dan lain-lain). Nilai sisa diperkirakan Rp 1.550. Umur kendaraan
diperkirakan 5 tahun. Beban penyusutan tahunan dihitung sebagai berikut:
Beban Penyusutan = 20% (Rp 12.500 – Rp 1.550)
= Rp 2.190
Beban penyutan tahun pertama ( dan tahun-tahun
berikutnya) dicatat sebagai berikut
(D) Beban penyusutan Rp 2.190
(K) Akumulasi penyusutan Rp
2.190
Harga perolehan, beban penyusutan per tahun,
akumulasi penyusutan dan nilai buku kendaraan tersebut selama lima tahun tampak
seperti terlihat dibawah ini:
Tahun
|
Harga Perolehan
|
Beban Penyusutan
|
Akumulasi Penyusutan
|
Nilai Buku
|
1
|
Rp 12.500
|
Rp 2.190
|
Rp 2.190
|
Rp 10.310
|
2
|
Rp 12.500
|
Rp 2.190
|
Rp 4.380
|
Rp 8.120
|
3
|
Rp 12.500
|
Rp 2.190
|
Rp 6.570
|
Rp 5.930
|
4
|
Rp 12.500
|
Rp 2.190
|
Rp 8.760
|
Rp 3.740
|
5
|
Rp 12.500
|
Rp 2.190
|
Rp 10.950
|
Rp 1.550
|
Baca Juga : Mengenal Kas Dalam Dunia Akuntansi
2. Metode
Saldo Menurun
Dalam metode ini beban penyusutan makin menurun
dari tahun ke tahun. Pembebanan yang makin menurun didasarkan pada anggapan
bahwa semakin tua, kapasitas aktiva tetap dalam memberikan jasanya juga akan
makin menurun. Dalam metode ini, beban penyusutan dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Beban
penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar
Penyusutan = Nilai Buku Awal Periode
Biasanya tarif penyusutan yang digunakan adalah
dua kali tarif metode garis lurus. Misalnya apabila suatu aktiva tetap ditaksir
akan berumur 5 tahun, maka tarif penyusutannya adalah 40% yaitu dua kali tarif
metode garis lurus sebesar 20%. Dengan menggunakan contoh kendaraan seperti
yang telah disebutkan diatas, beban penyusutan pada tahun pertama akan dihitung
sebagai berikut:
Beban
Penyusutan = 40% (12.500 – 0) = Rp 5.000
Perhatikan bahwa nilai buku pada awal tahun
pertama adalah sama dengan harga perolehannya, yaitu 12.500. pada saat ini
akumulasi penyusutannya sama dengan nol. Penyusutannya tahun pertama dicatat sebagai
berikut:
(D) Beban penyusutan Rp 5.000
(K) Akumulasi penyusutan Rp
5.000
Pada akhir tahun kedua, beban penyusutannya
dihitung sebagai berikut:
Beban
penyusutan = 40% x (Rp 12.500 – Rp 5.000) = Rp 3.000
Nilai buku pada awal tahun kedua sama dengan
harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan pada saat itu, yang
jumlahnya sama dengan Rp 5.000. Penyusutan tahun kedua ini dicatat sebagai
berikut:
(D) Beban
penyusutan Rp
3.000
(K) Akumulasi
penyusutan Rp
3.000
Harga
perolehan, beban penyusutan per tahun akumulasi penyusutan dan nilai buku
kendaraan dalam contoh tadi selama lima tahun tampak sebagai berikut:
Tahun
|
Harga Perolehan
|
Beban Penyusutan
|
Akumulasi Penyusutan
|
Nilai Buku
|
1
|
Rp 12.500
|
Rp 5.000
|
Rp 5.000
|
Rp 7.500
|
2
|
Rp 12.500
|
Rp 3.000
|
Rp 8.000
|
Rp 4.500
|
3
|
Rp 12.500
|
Rp 1.800
|
Rp 9.800
|
Rp 2.700
|
4
|
Rp 12.500
|
Rp 1.080
|
Rp 10.880
|
Rp 1.620
|
5
|
Rp 12.500
|
Rp 70
|
Rp 10.950
|
Rp 1.550
|
Diatas telah dijelaskan bahwa dalam metode
saldo menurun, tariff penyusutan dihitung sebesar dua kali tarif metode garis
lurus dengan tidak memperhatikan adanya nilai sisa. Walaupun demikian, aktiva
tetap yang bersangkutan tidak boleh disusutkan sampai dibawah nilai sisa. Untuk
menggambarkan mengenai masalah ini, perhatikan penyusutan yang dilakukan pada tahun
kelima. Pada permualaan tahun kelima nilai buku kendaraan adalah Rp 1.620.
Dengan menggunakan cara perhitungan yang biasa, beban penyusutan untuk tahun
ini seharusnya adalah 40% dari Rp 1.620 sama dengan Rp 648. Tetapi apabila
jumlah ini yang dicatat sebagai beban penyusutan, maka pada akhir tahun kelima
nilai buku kendaraan menjadi Rp 972. Nilai sisa yang diperkirakan semula adalah
Rp 1.550. Berdasarkan ketentuan diatas, penyusutan yang dibebankan pada tahun
kelima hanyalah Rp 70 yaitu Rp 1.620 dikurangi dengan Rp. 1.550.
3. Metode
Jumlah Angka Tahun
Dalam metode ini jumlah penyusutannya akan semakin menurun
dari tahun ke tahun. Adapun untuk cara perhitungan beban penyusutannya sebagai
berikut:
Beban
penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar
Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai
Sisa
Dasar Penyusutan pada metode ini adalah harga perolehan
dikurangi nilai sisa. Tarif penyusutan dalam metode ini akan merupakan suatu
bilangan pecahan yang makin lama makin kecil. Pembilang dalam pecahan adalah angka-angka
tahun yang ada selama masa manfaat aktiva tetap. Jadi, apabila suatu aktiva
tetap ditaksir berumur lima tahun, maka angka-angka tahun yang adalah 1,2,3,4,
dan 5. Sebagai penyebut dalam pecahan adalah jumlah angka-angak tahun yang ada.
Contohnya 1+2+3+4+5 = 15
Beban penyusutan tahun pertama dihitung sebagai berikut:
Beban
penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga Perolehan – Nilai Sisa)
= 5/15 x (Rp 12.500 – Rp 1.550)
= Rp 3.650
Beban
penyusutan untuk tahun kedua adalah sebagai berikut:
Beban penyusutan = Tarif Penyusutan
x (Harga Perolehan – Nilai Sisa)
=
4/15 x (Rp 12.500 – Rp 1.550)
= Rp 1.920
Pencatatan beban penyusutan untuk tiap-tiap
tahun tidak berbeda dengan sebelumnya. Apabila disusun dalam bentuk table, harga
perolehan, beban penyusutan per tahun, akumulasi penyusutan , dan nilai buku
kendaraan selama lima tahun akan tampak terlihat seperti dibawah ini:
Tahun
|
Harga Perolehan
|
Beban Penyusutan
|
Akumulasi Penyusutan
|
Nilai Buku
|
1
|
Rp 12.500
|
Rp 3.650
|
Rp 3.650
|
Rp 8.850
|
2
|
Rp 12.500
|
Rp 2.920
|
Rp 6.570
|
Rp 5.930
|
3
|
Rp 12.500
|
Rp 2.190
|
Rp 8.760
|
Rp 3.740
|
4
|
Rp 12.500
|
Rp 1.460
|
Rp 10.220
|
Rp 2.280
|
5
|
Rp 12.500
|
Rp 730
|
Rp 10.950
|
Rp 1.550
|
Baca Juga : Cara Menghitung Perolehan Aktiva Tetap
Dalam contoh diatas dianggap bahwa kendaraan
dapat dibeli pada tanggal 2 Januari 2017. Jadi, awal penyusutan dimulai sama
dengan awal tahun buku perusahaan. Apabila awal penyusutan tidak sama awal
tahun buku perusahaan, maka beban penyusutan untuk tahun kedua dan seterusnya
harus dihitung atas dasar dua tarif penyusutan. Untuk menggambarkan hal ini
anggaplah bahwa kendaraaan dalam contoh diatas dibeli pada tanggal 1 April
2017. Dalam contoh ini, tahun penyusutan tidak sama dengan tahun buku. Masa
penyusutan tahunan dimulai pada tanggal 1 April 2017 sedangkan tahun buku
dimulai pada tanggal 1 Januari 2017. Tarif penyusutan dalam metode ini
berhubungan dengan masa penyusutan. Oleh karena itu, tarif untuk masa
penyusutan pertama misalnya berlaku dari tanggal 1 April 2017 sampai dengan 1
Maret 2018. Pada tanggal 31 Desember 2017, masa penyusutan dengan tarif 5/15
baru berlaku 9 bulan, sehingga beban penyusutan untuk tahun buku 2017 dihitung
sebagai berikut:
Beban
penyusutan = 9/12 x 5/15 (Rp 12.500 – Rp 1.550)
= Rp 2.737,5
Untuk tahun buku 2017, beban penyusutan akan
meliputi dua bagian masa penyusutan, yakni dari 1 Januari sampai dengan 31
Maret 2018 yang tercakup dalam penyusutan dengan tarif 5/15 dalam periode 1
April sampai dengan 31 Desember 2017 yang tercakup dalam masa penyusutan dengan
tarif 4/15. Beban penyusutan untuk tahun buku 2018, dihitung sebagai berikut:
Masa
penyusutan dengan tarif 5/15 = 3/12 x 5/15 x Rp 10.950 = Rp 912,5
Masa
penyusutan dengan tarif 4/15 = 9/12 x 4/15 x Rp 10.950 = Rp 2.190
Rp 3.102,5
Demikianlah, maka beban penyusutan untuk
tahun-tahun buku selanjutnya akan dihitung berdasarkan dua masa penyusutan.
Perlu dicatat, bahwa cara perhitungannya hanya berlaku untuk metode jumlah
angka tahun saja.
4. Metode
Unit Produksi
Dalam metode ini taksiran masa manfaat dinyatakan dalam
kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Kapasitas produksi itu sendiri dapat
dinyatakan dalam bentuk unit produksi, jam pemakaian, kilometer pemakaian atau
unit-unit kegiatan. Harga perolehan dikurangi nilai sisa adalah dasar
penyusutan. Tarif penyusutan dihitung sebagai presentase produksi aktual
terhadap kapasitas produksi. Beban penyusutan untuk setiap periode dihitung
dengan mengalikan tariff penyusutan dengan dasar penyusutan. Untuk menggambarkan
metode penyusutan anggaplah bahwa pada tanggal 2 Januari 2017 dibeli suatu
mesin dengan harga Rp 55.000. Mesin itu diperkirakan mempunyai nilai sisa
sebesar Rp 5.000. Selama masih dapat digunakan, mesin tersebut diperkirakan
dapat menghasilkan 1.000.000 unit barang. Dalam tahun 2017 diproduksi 245.000
unit. Beban penyusutan untuk tahun 2017 dihitung sebagai berikut:
Tarif
Penyusutan = Produksi
Aktual
Kapasitas
Produksi
=
245.000
1.000.000
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar
Penyusutan
Dasar Penyusutan = Harga Perolehan –
Nilai Sisa
= 24,5% (Rp 55.000 – Rp 5.000)
= Rp 12.250
Demikian, maka tarif dan beban penyusutan akan
bervariasi dari tahun ke tahun tergantung pada produksi actual yang dicapai
dalam tahun yang bersangkutan.
1 komentar:
Write komentarAPLIKASI AKUNTANSI EXCEL PREMIER MANUFAKTUR. Aplikasi Akuntansi yang dibangunan berbasis Excel dengan fitur yang cukup lengkap dan menarik, baik otuput laporan keuangannya maupun fasilitas menunya, dapat diterapkan untuk berbagai jenis perusahaan manufaktur. Output laporan keuangan meliputi Neraca, Laba Rugi, Laporan Arus Kas, Neraca Lajur, Buku Besar dan Buku Pembantu. info : www.xclmedia.com
Reply